Laporan pendahuluhan hipertensi

                                                    LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI RT                         01 RW 01 KELURAHAN KENJERAN KECAMATAN BULAK SURABAYA
Konsep Keluarga
Definisi Keluarga
Bailon, 1978 (dalam Widyanto, 2014) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
Menurut Murray dan Zentner (1997, dalam Achjar, 2010) Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan
 atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian, dan saling menyayangi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah anggota dari sekolompok masyarakat yang paling dasar, tinggal bersama memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Prasetyawati (2011), menyebutkan bahwa struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya :
Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Matrilokal
Adalah seorang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
Patrilokal
Adalah seorang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar baik pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Tipe Keluarga
Menurut Widyanto (2014) mengatakan pembagian tipe keluarga kepada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan :
Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
Keluarga Besar
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, maka pengelompokkan tipe keluarga selain yang tersebut diatas adalah:
Tradisional Nuclear
Keluarga inti (Ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
Middle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang istri dirumah kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.
Dyadic Nuclear
Suami istri yang berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
Single Parent
Satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
Commuter Married
Suami – istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Single Adults
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
Three Generation
Yaitu 3 generasi atau lebih tinggal didalam satu rumah.
Institutional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam panti-panti.
Communal
Yaitu suatu rumah terdiri dari 2 atau lebih pasangan yang monogamydengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orangtua dari anak-anaknya.
Unmarried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki anaknya diadopsi.
Cohibing Couple
Yitu 2 orang atau 1 pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasnagan yang berjenis kelamin yang sama.
Fungsi Keluarga
Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung ( rumah) dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Miller (1985) dalam Achjar (2010); Widyanto (2014) mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, seperti :
Tahap 1 : Keluarga pemula atau pasangan baru
Tahap ini dimulai saat masing masing individu membentuk keluarga melalui pernikhan yang sah dan meninggalkan keluarganya masing masing (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain adalah 1) membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, 2) membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan 3) merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua (Achjar, 2010).
Tahap 2 : Keluarga dengan anak baru lahir (child bearing)
Tahap ini dimulai dari kehamilan sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berusia 30 bulan (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pada tahap 2 yaitu 1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, 3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, 4) memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua, kakek dan nenek dan 5) mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar (Achjar, 2010).
Tahap 3 : Keluarga dengan anak usia pra-sekolah
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
     (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
          google_ad_client: "ca-pub-8820659958424681",
          enable_page_level_ads: true
     });
</script>
Tahap ini dimulai saat anak bertama berusia 2,5 tahaun dan berakhir saat anak bertama berusia 5 tahun (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pada tahap 3 yaitu 1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, 2) mensosialisasikan anak, 3) mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, 4) mulai mengenalkan kultur keluarga, 5) menanamkan keyakinan bersama, dan 6) memenuhi kebutuhan bermain anak(Achjar, 2010).
Tahap 4 : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai sejak anak masuk sekolah usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun (Widyanto, 2014).Tugas perkembangan pada tahap ke 4 yaitu 1) mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, 2) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, 3) memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar dengan teratur, dan 4) memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah (Achjar, 2010).
Tahap 5 : Keluarga dengan anak Remaja (Anak tertua umur 13-20 Tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 5 yaitu menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batas tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka 2 arah (Achjar, 2010).
Tahap 6 : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pada tahan 6 yaitu 1) memperluas jaringan dari keluarga inti menjadi keluarga besar, 2) membantu orangtua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, 3) membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi, 4) memperluas hubungan keluarga antara orangtua dan menantu, 5) menata kembali peran dan fungsi keluarga yang sudah ditinggalkan(Achjar, 2010).
Tahap 7 (Orangtua usia pertengahan : Tanpa Jabatan, Pensiun)
Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pada tahap 7 yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegitan yang akan datang, memperhatiakan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak (Achjar, 2010).
Tahap 8 (Keluarga dalam masa pensiunan dan Lansia)
Tahap ini dimulai saat salah satu pension, berlanjut salah satu pasangan meninggal hingga keduanya meninggal (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pada tahap 8 yaitu 1) mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, 2) menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan  perkawinan, 3) menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, 4) mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, 5) meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, 6) saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, dan 7) merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu (Achjar, 2010).
Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di dalam bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Ada 5 tugas keluarga  dalam bidang kesehatan yang harus di lakukan( Fridman dalam Achjar, 2010).
Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segeralah melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga mempuyai keterbatasan agar meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit  atau yang tidak dapat membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini dapat di lakukan di rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Suparyanto , 2012).
Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010)
Kriteria Keluarga Mandiri
Keluarga mandiri adalah keluarga yang mengetahui dengan kriteria:
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada
Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan
Keluarga dapat menyebebutkan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
Masalah kesehatan dirasakan keluarga
Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan tersebut
Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
Keluarga dapat  terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
Catatan :
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 1-4 disebut keluarga mandiri I.
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 5-7 disebut keluarga mandiri II.
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 8-10 disebut keluarga mandiri III.
1.1.8 Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Makhfudli (2009) menjelaskan perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
Memberikan Pelayanan Secara langsung
Pelayanan keperawatan meliputi : pengkajian fisik atau psikososial, menunjukan pemberian tindakan secara terampil, dan memberikan intervensi. Adanya kerja sama dari klien, keluarga dan perawat sebagai pemberi perawatan utama di keluarga pada tahap perencanaan sangat penting. Perawat hanya memberikan perawatan dalam waktu yang terbatas, sedangkan perawatan yang dilakukan di rumah merupakan tanggung jawab dari keluarga. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di rumah.
Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat pentin untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Koordinasi Antara Pelayanan dan Manajemen Kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengoordinasikan para professional lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Fokus peran perawat menjadi manager kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan, menntukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasikan cara memenuhi kebutuhan, dan mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
Menentukan Frekuensi dan Lama Perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama periode waktu tertentu, sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu perawatan yang diakukan di rumah.
Advokasi
Peran perawat sebagai penasihat berhubungan dengan masalah pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.
Konsep Keperawatan Keluarga
Konsep Pelayanan Keperawatan Keluarga
Perawat sebagai pelaksana keperawatan pada zaman dulu dikatakan sebagai pekerjaan vokasional dimana dalam melaksanakan kegiatannya sebagai tim kesehatan selalu bergantung pada profesi kesehatan lain. Sejalan dengan berkembangnya imlu tuntutan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang bemutu sejak tahun 1983, PPNI dalam lokakarya nasional mengikrarkan bahwa keperawatan adalah professional (Jhonson, 2010).
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditunjukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur, (Salvicion G. Bailon dan arcelis Maglaya, 1978). Salah satu lingkup praktik keperawatan keluarga adalah asuhan keperawatan keluarga karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai akibat polan penyesuaian keluarga yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhi kebutuhan keluarga (Harnilawati, 2013).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan tesebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan Makhfudli, 2009).
Karakteristik
Swarjana, (2016) menjelaskan karakteristik keperawatan keluarga adalah memperioritaskan pada tindakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif dan reabilitatif, cara pelayananpun terpadu dan berkesinambungan serat pendekatan pelayanan holistic atau menyeluruh.
Keluarga Kelompok beresiko tinggi :
Keluarga dengan anggotanya dalam masa usia subur dengan masalah.
Tingkat sosial ekonomi rendah.
Keluarga tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
Keluarga dengan keturunan baik.
Keluarga ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil.
Umur ibu (16 tahun/35 tahun).
Menderita kurang gizi atau anemia.
Primipara/Multipara.
Menderita Hipertensi.
Riwayat persalinan dengan komplikasi
Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi.
Lahir premature.
BB suka naik.
Lahir dengan cacat bawaan.
Asi kurang.
Ibu menderita penyakit menular.
Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggotanya.
Anak yang tidak kehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cecok dan ketegangan.
Ada anggota keluarga yang sering sakit.
Salah satu orang tua meninggal, cerai atau lari dari tanggung jawab.
Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga menurut Suprajitno, (2008) aalah :
Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan Khusus :
Meningkatkan kemampuan keluarga adalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan dasar keluarga.
Meingkatkan kemampuan keluarga dalam engambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah keluarga.
Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
1.2.4 Keluarga Sebagai Unit Pelayanan
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai gambaran manusia.
Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat pula mncegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah masalah kesehatan.
Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap individu dalam keluarga.
Keluarga merupakan lingkunan yan serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluraga.
Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah.
Keluraga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan mengembangkan kesehatan kepada masyarakat (Setyowati, 2008).

Hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam memecahkan masalah kesehatan.
Pendidikan keluarga rendah.
Keterbatasan sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan prasarana).
Kebiasaan yang melekat.
Sosial budaya yang tidak menunjang (Sudiharto, 2007).
1.2.5 Tingkat Keperawatan keluarga
Ada 4 tingkatan dalam keperawatan keluarga menurut Setiawati, (2007) yaitu :
Tingkat Keperawatan Keluarga Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu atau anggota keluarga.
Focus pelayanan keperawatan : individu.
Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan di intervensi.
Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan.
Tingkat Keperawatan Keluarga Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya.
Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan di intervensi bersamaan.
Masing-masing anggota keluarga dilihat sebagai unit yang terpisah.
Tingkat Keperawatan Keluarga Level III
Focus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga.
Anggota-angota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi.
Focus intervensi : hubungan ibu anak, hubungan ayah dengan anak, hubungan pernikahan, dll.
Tingkat Keperawatan Keluarga Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi focus utama dari pengkajian dan perawatan.
Keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang.
Keluara dipandang sebagai interaksi sistem.
Fokus intervensi : dinamika internal keluraga, hubungan dalam keluarga, struktur dan fungsi keluarga hubungan subsistem keluarga dengan lingkungan luar.
1.2.6 Kriteria Keluarga Mandiri
Ali, (2010) mengatakan keluarga mandiri adalah keluarga yang mengetahui dengan kriteria :
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada.
Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan.
Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Keluarga memiliki presepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
Masalah kesehatan dirasakan keluarga.
Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut.
Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan tersebut.
Keluarga mampu menggali dan memanaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
Catatan :
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 1-4 disebut keluarga mandiri I.
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 5-7 disebut keluarga mandiri II.
Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 8-10 disebut keluarga mandiri III.
1.2.7 Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Makhfudli (2009) menjelaskan perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
Memberikan Pelayanan Secara langsung
Pelayanan keperawatan meliputi : pengkajian fisik atau psikososial, menunjukan pemberian tindakan secara terampil, dan memberikan intervensi. Adanya kerja sama dari klien, keluarga dan perawat sebagai pemberi perawatan utama di keluarga pada tahap perencanaan sangat penting. Perawat hanya memberikan perawatan dalam waktu yang terbatas, sedangkan perawatan yang dilakukan di rumah merupakan tanggung jawab dari keluarga. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di rumah.

Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat pentin untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Koordinasi Antara Pelayanan dan Manajemen Kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengoordinasikan para professional lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Fokus peran perawat menjadi manager kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan, menntukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasikan cara memenuhi kebutuhan, dan mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
Menentukan Frekuensi dan Lama Perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama periode waktu tertentu, sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu perawatan yang diakukan di rumah.
Advokasi
Peran perawat sebagai penasihat berhubungan dengan masalah pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.
Asuhan Keperawatan Keluarga
Definisi
Keperawatan keluarga adalah suatu proses yang kompleks yang meliputi biologi, psikologi, emosi, sosial, spiritual, termasuk budaya. Pemberian asuhan keperawatan kepada keluarga merujuk pada proses keperawatan (nursing process) yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Widyanto, 2014).
Pengkajian
Menurut Widyanto (2014) pengkajian digunakan untuk mendapatkan data yang dilakukan secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data pegkajian dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, atau melalui data sekunder seperti data di Puskesmas, Desa, Bidan, hasil pemeriksaan laboratorium, dan lain sebagainya. Adapun data yang harus dikaji dalam keluarga yaitu :

Data Umum Keluarga
Pengkajian data umum keluarga meliputi :
Nama Kepala Keluarga (KK)
Umur dan Jenis Kelamin KK
Pendidikan KK
Pekerjaan KK
Alamat
Komposisi keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota keluarga
Data ini biasanya disajikan dalam bentuk tabel seperti contoh berikut :
Tabel 1.1 Contoh Penyajian DataUmum Pengkajian Keluarga
No.
Nama
JK
Hubungan Keluarga
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Kondisi

1.
Ny.S
P
Istri
42 th
SMEA
IRT
Sehat

2.
An.E
P
Anak
19 th
S1
Pelajar
Sehat

3.
An.D
L
Anak
14 th
SMP
Pelajar
Sehat


Genogram / Silsilah Keluarga :
Data genogram berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri dari tiga generasi disajikan dalam bentuk bagan dengan menggunakan simbol-simbol atau sesuai format pengkajian yang dipakai.
Keterangan simbol :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Cerai
: Satu Rumah
: Klien

Tipe Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini berdasarkan tipe pembagian keluarga tradisional atau non tradisional.
Contoh :
Tipe keluarga Tn.X adalah nuclear family yang terdiri dari Tn.X, Ny.S sebagai istri dan 2 anak kandung yaitu An.A dan An.C.
Suku bangsa
Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga serta budaya yang terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang dimaksud seperti jawa, sunda, batak, dan lain sebagainya.
Agama
Data ini menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-masing anggota keluarga serta aturan agama yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan.
Status Sosial Ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai pendapatan KK maupun anggota keluarga yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta harta kekayaan atau barang-barang yang dimiliki keluarga.
Aktivitas Rekreasi Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi atau refreshing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namum menonton TV, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. Misalnya anak tertua Tn.K berusia 2 tahun maka keluarga tersebut masuk dalam tahap perkembangan anak usia pra sekolah.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
Riwayat keluarga inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat kesehatan maing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan yang biasa digunakan serta pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.
Riwayat keluarga sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri
Pengkajian Lingkungan
Karakteristik Rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot rumah tangga, jenis WC, serta jarak WC ke sumber air. Data karakteristik rumah disajikan dalam bentuk denah.
Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
Mobilitas Geografis Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat.
Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauhmana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan masyarakat.
Sistem Pendukung Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar terkait dengan kesehatan, dan lain sebagainya.
Struktur Komunikasi Keluarga
Pola Komunikasi Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi dengan keluarga serta frekuensinya.
Struktur Kekuatan Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga untuk merubah perilaku antara anggota keluarga.
Struktur Peran
Data ini menjelaskan mengenai peran anggota keluarga dalam keluarga dan masyarakat yang terbagi menjadi peran formal dan informal.
Nilai/norma Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai nilai atau norma yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan.
Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif
Perasaan memiliki, dukungan, kehangatan kasih sayang, saling menghargai, dan lain sebagainya.
Fungsi Sosialisasi
Interaksi dan hubungan dengan anggota keluarga, proses mendidik anak, disiplin, norma, budaya, perilaku.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Mengenal Masalah Kesehatan
Sejauhmana keluarga mengetahui fakta kesehatan meliputi pengertian, tanda gejala, penyebab serta persepsi keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Mengambil Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat
Sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah
Apakah masalah dirasakan keluarga
Apakah keluarga menyerah dengan masalah tersebut
Apakah keluarga merasa takut akibat dari tindakan terhadap penyakit yang diderita
Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan
Apakah masalah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
Apakah keluarga mendapat informasi yang salah tentang masalah yang sedang dihadapi
Merawat Anggota yang Sakit
Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, kondisi, komplikasi, prognosis dan cara perawatannya).
Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga untuk perawatan anggota keluarga yang sakit.
Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
Memodifikasi Lingkungan yang Sehat
Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki untuk memodifikasi lingkungan yang sehat.
Sejauhmana keluarga melihat manfaat pemeliharaan lingkungan.
Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya kebersihan dan sanitasi.
Sejauhmana sikap atau pandangan keluarga terhadap kebersihan dan sanitasi.
Sejauhmana kekompakan keluarga
Menggunakan Fasilitas Kesehatan di Masyarakat
Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan di masyarakat.
Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Apakah keluarga pernah mempunyai pengalaman kurang baik terhadap petugas atau pelayanan kesehatan.
Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau keluarga.
Fungsi Reproduksi
Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, hubungan seksual suami istri, masalah yang muncul jika ada.
Fungsi Ekonomi
Kemampuan keluarga memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.
Stres dan Koping Keluarga
Stres Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan.
Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. 
Kemampuan Keluarga Merespon Stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor yang ada saat ini.
Strategi Koping yang Digunakan
Hal yang perlu dikaji adalah strategi koping atau pemecahan masalah seperti apa yang digunakan keluarga dalam menghadapi stressor yang terjadi.
Strategi Koping Disfungsional
Data ini menjelaskan mengenai koping disfungsional yang digunakan ketika keluarga menghadapi masalah misalnya marah-marah, merusak alat rumah tangga, pelarian dengan melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat, dan lain sebagainya.




Pemeriksaan Fisik
Semua anggota keluarga diperiksa secara lengkap seperti prosedur pemeriksaan fisik di tempat pelayanan kesehatan. Seperti dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi, maupun auskultasi dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Diagnosis
Menurut Widyanto (2014) diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian. Proses perumusan diagnosis diawali dengan melakukan analisis data, penentuan diagnosis kemudian penentuan prioritas diagnosis. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil pengkajian menjadi data subjektif (DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi, data sekunder, atau data selain pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DO.
Rumusan masalah berdasarkan NANDA dan etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan keluarga yang terdiri dari 5(lima) tugas yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dapat berupa kasus actual, risiko dan potensial. Khusus untuk diagnosis keperawatan potensial boleh menggunakan atau tidak menggunakan etiologi dalam penulisan diagnosisnya. Adapun penjelasan tipologi dari diagnosis keperawatan keluarga yaitu :
Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Diagnosis aktual diangkat jika dari pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
Contoh :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (An.F), keluarga Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang kurang gizi
Risiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis risiko diangkat jika sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang tidak adekuat.
Contoh :
Risiko terjadi konflik pada keluarga Tn.K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi
Potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Contoh :
Potensial terjadi peningkatan status kesehatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ny.K) di keluarga Tn.H
Tabel 1.2 Contoh Penentuan Diagnosis (Analisis Data)
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI

DS:
Ny.S mengatakan bahwa ia sudah tidak pernah memasak sehingga dapur tidak terawat
Ny.S mengatakan banyak perabot rumah tangga yang sudah tidak terpakai di tempatkan di dapur karena tidak memiliki gudang
DO :
Keadaan dapur Ny.S terlihat berantakan, kotor, dan banyak sarang laba-laba di pojok dan sela ruangan
Perabot rumah tangga yang tidak terpakai terlihat menumpuk dan tidak tertata rapi
Dapur Ny.S terlihat gelap, tidak ada jendela



Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat


Penentuan Prioritas
Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Dalam setiap diagnosis, terdapat 4 (empat) kriteria yang akan menentukan prioritas diagnosis (Widyanto, 2014).
Setiap kriteria memiliki bobotnya masing-masing. Kriteria tersebut terdiri dari (1) sifat masalah, (2) kemungkinan masalah untuk diubah, (3) potensial dicegah, dan (4) menonjolnya masalah. Setiap kriteria memiliki 3 (tiga) skala yang memiliki skor masing-masing. Penentuan skala dari setiap kriteria ditentukan dengan mempertimbangkan komponen pembenaran atau rasional sesuai dengan mempertimbangkan komponen pembenaran atau rasional sesuai dengan kondisi terkini yang ada dalam keluarga.
Tabel 1.1.4 kriteria penentuan prioritas diagnosis
No.
KRITERIA
BOBOT
PEMBENARAN

1.
Sifat Masalah
Skala:
Aktual = 3
Risiko = 2
Potensial = 1
1
Bobot yang lebih besar diberikan pada masalah actual karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.

2.
Kemungkinanmasalah dapat diubah
Skala:
Mudah = 2
Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
2
Faktor yang diperhatikan:
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.
Sumber daya keluarga dapat berbentuk fisik, keuangan dan tenaga.
Sumber daya perawat dapat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu
Sumber daya masyarakat dapat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu
Sumber daya masyarakat dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

3.
Potensial masalah untuk dicegah
Skala:
Tinggi = 3
Cukup = 2
Rendah = 1
1
Faktor yang diperhaikan:
Tingkat keparahan
Kepelikan dari masalah
Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah.
Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4.
Menonjolnya masalah
Skala:
Masalah berat, harus segera ditangani = 2
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani = 1
Masalah tidak dirasakan
1
Faktor yang perlu diperhatikan adalah perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

Berdasarkan tabel diatas, untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:

Menentukan skor setiap kriteria
Misalnya pada kriteria sifat masalah dengan pertimbangan pembenaran ditentukanlah skala potensial yang memiliki skor 1
Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Rumus :
Misalnya untuk kriteria potensial dicegah memiliki skala tinggi yang berarti skornya adalah 3. Kriteria potensial memiliki bobot 1 dan skor tertinggi adalah 3. Maka jika dimasukkan kedalam rumus dapat di tuliskan :
Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Misalnya telah ditentukan diagnosis yang diangkat adalah dx.Y. Hasil perhitungan kriteria sifat, kemungkinan untuk dirubah, potensial dicegah, dan menojolnya masalah secara berturut-turut adalah 1, , 1, dan . Maka jumlah skor untuk semua kriteria adalah 1, , 1, +  sama dengan 3. Sehingga skor unuk diagnosis dx. Y adalah 3. Kemudian skor tersebut dibandingkan dengan perhitungan diagnosis yang lain. diagnosis yang memiliki nilai paling tinggi merupakan diagnosis prioritas yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keluarga.
Rencana Keperawatan
Menurut Widyanto (2014) rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang meliputi tujuan jangja panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan khusus), kriteria dan standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus atau tujuan pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi.
Implementasi
Menurut Widyanto (2014) pada kegiatan implementasi, terlebih dahulu perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun sikologis dalam menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu pelaksanaan, materi, siapa yang melaksanakan, siapa anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan, serta peralatan  yang dibutuhkan jika ada. Kegiatan selanjutnya adalah implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosis yang diangkat. Implementasi keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
Memberikan informasi
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara:
Mendemonstrasikan cara perawatan
Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara:
Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang telah disepakati bersama (Widyanto, 2014).
Evaluasi dapat dibagi menjadii 2 (dua) jenis, yaitu:
Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami klien.
Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah SOAP
Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antaraa tindakan yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna memodifikasi perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif adalah SOAPIER.
E
V
A
L
U
A
S
I

S
U
M
A
T
I
F
E
V
A
L
U
A
S
I

F
O
R
M
A
T
I
F
S
Data subjektif
Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang diraasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.



O
Data objektif
Perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat atau petugas kesehatan lain



A
Analisis
Penilaian dan kedua jenis data (DS maupun DO), apakah kearah perbaikan atau kemunduran.



P
Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis yang berisi lanjutan perencanaan sebelumnya jika masih ada keadaan atau masalah yang belum teratasi.



I
Implemenasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana



E
Evaluasi
Penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.



R
Reassessment
jika hasil evaluasi menunjukan masalah belum teratasi, maka pengkajian ulang perlu dilakukan melalui proses pengumpulan DS dan Dserta proses analisisnya.
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
     (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
          google_ad_client: "ca-pub-8820659958424681",
          enable_page_level_ads: true
     });
</script>

Comments