Laporan pendahuluan konsep lansia

                                                              LAPORAN PENDAHULUAN
                                                  KONSEP KELOMPOK KHUSUS LANSIA

Konsep Lansia
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usinya diatas 60 tahun (Depkes RI, 2005). Menurut Efendi& Makhfludi, (2009) mengatakan, lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara indvidu. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Usia lanjut merupakan suatu proses yang bertahap, yaitu mulai sejak lahir, berlangsung melalui tahapan perkembangan pertumbuhan dari bayi ke balita, sampai periode kanak-kanak dan dewasa yang berlanjut menjadi kepala keluarga. Menurut World Health Organization (WHO) dalam Efendi& Makhfludi, (2009) mengklasifikasikan batasan umur lanjut usia sebagai berikut:
Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
     (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
          google_ad_client: "ca-pub-8820659958424681",
          enable_page_level_ads: true
     });
</script>
Menurut Dewi, R. (2014) mengklasifikasikan, lansia dalam kategori berikut:
Pra lansia (presenelis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Lansia resiko tinggi: seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Teori Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fugsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, W. 2006). Berikut akan dikemukakan bermacam-macam teori proses menua
Tabel 2.1  Teori-Teori Penuaan
Teori Biologis
Tingkat Perubahan

Genetika
Gen yang diwariskan dan dampak lingkungan

Wear and Tear
Kerusakan oleh radikal bebas

Lingkungan
Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya

Imunitas
Integitas sistem tubuh untuk melawan kembali

Neuroendokrin
Kelebihan atau keurangnya produksi hormon

Teori Psikologis
Tingkat Proses

Kepribadian
Introvert lawan ekstrovet

Tugas perkembangan
Maturasi sepanjang rentang kehidupan

Disengagement (pemutusan)
Antisipasi menarik diri

Aktivitas
Membantu mengembangkan usaha

Kontinuitas
Pengembangan individualitas

Sumber: Stanley dan Beare (2007).
Teori Biologis
Menurut Stanley dan Beare (2007) mengemukakan, teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan selular dalam organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori biologi juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan arah yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologis dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spsifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.
Secara umum ukuran jantung seseorang tetap proposional dengan berat badan yang dimiliki. Adanya suatu atropi atau hipertropi yang terlihat jelas, hal menunjukan tanda dari penyakit jantung. Ketebalan pada dinding ventrikel kiri cenderung mengalami penenebalan karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Oleh karena itu, penuaan pada jantung menjadi kurang mampu untuk distensi, dengan kekuatan kontraksi yang kurang efektif.
Pada area permukaan didalam jantung yang telah mengalami aliran darah dengan tekanan tinggi, seperti pada katup aorta dan katup mitral, mengalami penebalan dan terbentuknya penonjolan sepanjang garis katup. Kekakuaan yang terjadi pada bagian dasar pangkal aorta mengalami pembukaan katup secara lengkap sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama denyut sistol. Tidak sempurnanya dalam melakukan pengosongan ventrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut jantung (misal demam, stres, dan olahraga) dan gangguan arteri koronel dan sirkulasi sistemik.
Teori Genetik
Teori ini merupakan teori intriksi yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terpogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputas menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati (Nugroho, W. 2006).
Teori Wear and Tear
Teori Wear and Tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesi DNA, sehingga mendorong malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi (Stanley dan Beare, 2007).
Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul atau atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas yang berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi (Stanley dan Beare, 2007).
Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma, dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan (Stanley dan Beare, 2007).
Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah usia, pertahanan mereka terhadap organisme yang mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit (Stanley dan Beare, 2017).
Teori Neuroendokrin
Teori Neuroendokrin menggambarkan salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini terkadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh (Stanley dan Beare, 2007).
Teori Psikososiologis
Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologis pada kerusakan anatomi (Stanley dan Beare, 2007).
Teori Kepribadian
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia (Nugroho, W. 2006).
Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses (Stanley dan Beare, 2007).
Teori Disengagement
Dalam teori ini dijelaskan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibattkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss) yakni: kehilangan peran (loss of role), Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values). Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila dapat menarik diri dari kegiatan terdahulu dan memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya (Nugroho, W. 2006).
Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah cara tetap aktif (Stanley dan Beare, 2007).
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan indivdu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia (Nugroho, W. 2006).

Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan (Stanley dan Beare, 2007)
Perubahan Fungsi
Menurut Nugroho, W. (2006) mengatakan, perubahan akibat proses menua antara lain:
Perubahan Fisik dan Fungsi
Penurunan jumlah sel tubuh dan sel otak, penurunan fungsi sistem saraf, penurunan fungsi pancaindera, gangguan keseimbangan (vertigo), pengapuran lensa mata (katarak), kurangnya viskositas lensa mata (mata tua, plus), elastisitas pembuluh darah menurun, curah jantung menurn, tekanan darah meninggi, metabolism menurun sehingga suhu badan lebih rendah, penurunan kekuatan otot napas, paru-paru kurang elastis, peristaltik usus menurun, perubahan pada sistem reproduksi seperti pengecilan organ reproduksi, penurunan jumlah hormone, kulit kehilangan elastisitas (keriput) dan jaringan lemak berkurang, kepadatan tulang menurun, atrofi otot, dll.
Perubahan Mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain, misalnya penyakit.
Perubahan Nutrisi
Nutrisi merupakan salah satu faktor utama terjadinya proses menua yang sukses. Nutrisi optimal mendukung kesehatan dan kemandirian Lansia dengan menurunkan resiko penyakit kronis dan memperlambat proses perkembangan penyakit lansia dengan status nutrsi yang baik jarang mengalami penyakit infeksi, masa rawat inap yang pendek, lebih cepat sembuh dan mengalami lebih sedikit komplikasi penyakit dibandingkan lansia dengan nutrisi yang buruk. Langkah awal untuk mengoptimalkan kesehatan nutrisi pada lansia adalah memahami kebutuhan nutrisi lansia dan rintangan-rintangan yang muncul untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perubahan nutrisi pada lansia juga dipengaruhi oleh perubahan fisik dan status kesehatan (Dewi, R. 2014).

Comments